Pagi itu seperti pagi hari biasanya. Matahari terbit di timur
menyinari pulau ini. Papua, pulau paling timur dari Indonesia, dimana
cahaya matahari selalu meneranginya terlebih dahulu. Namun, tidak bagi
Mazmur, Thomas dan teman-temannya. Pagi itu mereka masih menunggu
kedatangan cahaya itu, cahaya yang akan menerangi mereka dari gelapnya
kebodohan, tapi seperti hari-hari yang telah berlalu cahaya itu tak
kunjung datang... GURU!
Mazmur setiap hari selalu menunggu kedatangan guru pengganti di
sebuah lapangan terbang tua, satu-satunya penghubung kampung itu dari
kehidupan diluar sana, kampung mereka berada di daerah pegunungan tengah
Papua, daerah yang cukup sulit untuk dijangkau. Pagi itu ia memandang
penuh harap kelangit, semoga hari itu ada pesawat yang datang dan
membawa guru pengganti karena sudah 6 bulan tak ada guru yang mengajar,
setelah Mazmur melempar pandangannya kepada Bapak Yakob, seorang pria
berumur yang masih menjaga tradisi, dan dari Bapak Yakob, Mazmur tahu
guru tidak juga datang. Diapun berlari kesekolah dan memberi kabar
kepada teman-temannya, Thomas,
Yokim, Agnes dan Suryani yang dengan setia selalu menunggu kabar itu. "Guru pengganti belum datang, kita menyanyi saja". Kembali kalimat itu yang keluar dari mulut Mazmur. Karena guru tidak pernah datang akhirnya ke lima anak ini mencari pelajaran di alam dan lingkungan sekitar. Lewat pendeta Samuel, ibu dokter Fatimah, om Ucok dan om Jolex mereka mendapatkan banyak pengetahuan. Namun sebuah kejadian mengubah semua itu, Ayah Mazmur terbunuh oleh Joseph, ayah dari Agnes, dan paman dari Yokim dan Suryani.
Yokim, Agnes dan Suryani yang dengan setia selalu menunggu kabar itu. "Guru pengganti belum datang, kita menyanyi saja". Kembali kalimat itu yang keluar dari mulut Mazmur. Karena guru tidak pernah datang akhirnya ke lima anak ini mencari pelajaran di alam dan lingkungan sekitar. Lewat pendeta Samuel, ibu dokter Fatimah, om Ucok dan om Jolex mereka mendapatkan banyak pengetahuan. Namun sebuah kejadian mengubah semua itu, Ayah Mazmur terbunuh oleh Joseph, ayah dari Agnes, dan paman dari Yokim dan Suryani.
Pertikaian antar kampung tak bisa dihindari. Kabar kematian Blasius
ayah Mazmur sampai kepada Michael, adik dari Blasius yang sejak kecil
diambil oleh mama Jawa yang tinggal dan belajar di Jakarta, Michael
terpukul mendengar itu, bersama Vina istrinya, dia memutuskan untuk
kembali ke Papua dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini. Namun tidak
segampang yang dipikirkannya, karena adik bungsunya Alex menentang
semua pemikiran modern dari Michael. Perang! Itu jalan satu-satunya bagi
Alex untuk membalas kematian Blasius. Orang dewasa bisa saja bertikai,
namun tidak bagi Mazmur, Thomas dan ketiga sahabatnya, walaupun kampung
mereka bermusuhan, ayah Mazmur terbunuh oleh ayah Agnes, tapi mereka
tetap berkawan dan berusaha mendamaikan kedua kampung ini
Post a Comment
please comment if this article useful, criticism and suggestions that are built will we received. thanks